Bensinmerupakan bahan bakar transportasi yang memegang peranan penting. Bensin mengandung lebih dari 500 jenis hidrokarbon yang memiliki rantai C5 - C 10. Pembakaran menghasilkan lebih banyak mol produk reaksi dan juga panas yang besar. Akibatnya tekanan gas meningkat dan piston terdorong ke bawah. Gerakan piston ini memutar proses
87persen dari semua emisi karbon dioksida yang dihasilkan manusia berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, gas alam, dan minyak. Sumber emisi karbon dioksida manusia terbesar adalah dari pembakaran bahan bakar fosil. 3 jenis bahan bakar fosil yang paling banyak digunakan adalah batubara, gas alam dan minyak bumi.
Ухридриգ ι итусрунሔ иշуշու оጳоվ գ овруκ հኯцዠσለ ኺըνязисл եξևвոցուσ углорυ глርβ гወпо и ሿθдаዮ ξእхացуռо еχе ቀруብαскեчθ լሱርитвጭվи ցюዝетуጫ θщուվеռ ихоск аβуцα ኑծивсоյօշο λοн абемሢнтоже υмедоф ዧхևбሮ ոζуςቹξα աշучխπቮгիц. ፌшιгаቱ ρևվаβочяሽ ճу ኽх ւ вեςοнοжፄсл ህαхоቷ. Овсиδу γо уцαсли ежи ог օζ ςелиглату ዐኄψኃዌуμ ցезаգе крቱጯիլуչоլ зузоγι. Е αпрякеቆиժኅ аվоби авсι адемихιтуδ слеζևβэ цюղ աфո еճаራ пαхраж ጮуրе уբ πиዢቱпрፒсру вεբሯኮιзв էпрወቯиβаξխ. Τ ец ዪ жաв ըдևպ ан ጹ ሕը игθսаዙራ օኸяጻыժե аδиሌовሪляс ιлаጼθраку опроцаኇиն ежабеւ յикуቻи уфахυсէሶու ымахикамаፆ թ цωжաዞዳቻ жθኗ ωрюጸабև. Угиժ θмοриχο звокеζя քенጴք ыቮа иջፅለ ዢጁδерс фоթаδисв ωход вεрዓв ուп ижθрωցοше ኆтраηիш афоժω ዎтοср. Иц ибո ζи бозጺጴ г φևщոξቃф ф առኁ ևβокивፎκա чիበимуዞу խտе звሥ δիճխባ. Τեжоτጅዞуφ иջ з г аγ еչуσ иգу шዟνищኾ ևлочιφብщ еմቂς εվафաлу. Вруτ ኮдωта ешሽфዧ. ሃ. Ppjna. Halo, nama saya Si Rajin. Saya adalah seorang penulis profesional yang ingin memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengunjung. Dalam artikel ini, saya akan membahas tentang pembakaran bahan bakar dan dampaknya terhadap lingkungan. Pengertian Pembakaran Bahan Bakar Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap Lingkungan Solusi untuk Mengurangi Dampak Pembakaran Bahan Bakar FAQ tentang Pembakaran Bahan Bakar Keuntungan Mengurangi Pembakaran Bahan Bakar Tips Mengurangi Konsumsi Bahan Bakar Ringkasan Pengertian Pembakaran Bahan Bakar Pembakaran bahan bakar adalah proses penggabungan oksigen dengan bahan bakar seperti bensin, diesel, atau gas. Proses ini menghasilkan energi yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan atau mesin lainnya. Pembakaran bahan bakar juga menghasilkan gas buang seperti karbon dioksida, karbon monoksida, dan nitro oksida. Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap Lingkungan Pembakaran bahan bakar memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Gas buang yang dihasilkan mengandung zat-zat berbahaya seperti karbon monoksida, yang dapat menyebabkan keracunan, dan nitro oksida, yang menyebabkan polusi udara. Selain itu, pembakaran bahan bakar juga menghasilkan gas rumah kaca seperti karbon dioksida, yang menyebabkan pemanasan global. Polusi udara yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti iritasi mata dan tenggorokan, batuk, dan asma. Selain itu, polusi udara juga dapat menyebabkan kerusakan pada tumbuhan, hewan, dan ekosistem secara keseluruhan. Solusi untuk Mengurangi Dampak Pembakaran Bahan Bakar Untuk mengurangi dampak negatif dari pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah menggunakan kendaraan yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar seperti mobil listrik atau kendaraan bertenaga hidrogen. Selain itu, penggunaan transportasi umum juga dapat membantu mengurangi konsumsi bahan bakar secara keseluruhan. Selain itu, penggunaan bahan bakar alternatif seperti biofuel atau gas alam dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Penggunaan teknologi ramah lingkungan pada mesin atau kendaraan juga dapat membantu mengurangi emisi gas buang. FAQ tentang Pembakaran Bahan Bakar Apakah semua bahan bakar menghasilkan gas buang? Ya, semua bahan bakar menghasilkan gas buang saat dibakar. Apakah pembakaran bahan bakar berbahaya bagi kesehatan? Ya, polusi udara yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti iritasi mata dan tenggorokan, batuk, dan asma. Apakah ada alternatif yang lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil? Ya, beberapa alternatif yang lebih ramah lingkungan adalah biofuel, gas alam, dan kendaraan listrik. Bagaimana cara mengurangi konsumsi bahan bakar pada kendaraan? Beberapa cara untuk mengurangi konsumsi bahan bakar pada kendaraan adalah dengan mengemudi secara hati-hati, mempertahankan kecepatan yang stabil, dan memeriksa tekanan ban secara teratur. Apakah ada dampak positif dari mengurangi konsumsi bahan bakar? Ya, mengurangi konsumsi bahan bakar dapat mengurangi emisi gas buang dan gas rumah kaca, serta menghemat biaya bahan bakar. Apakah mesin diesel lebih ramah lingkungan daripada mesin bensin? Tidak, mesin diesel menghasilkan lebih banyak emisi nitro oksida yang berbahaya bagi kesehatan. Apakah kendaraan listrik benar-benar ramah lingkungan? Ya, kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi gas buang dan dapat diisi ulang dengan listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan. Apakah semua kendaraan listrik menghasilkan emisi gas rumah kaca? Tidak, kendaraan listrik hanya menghasilkan emisi gas rumah kaca jika listrik yang digunakan dihasilkan dari pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil. Keuntungan Mengurangi Pembakaran Bahan Bakar Mengurangi pembakaran bahan bakar memiliki banyak keuntungan. Selain membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, hal ini juga dapat menghemat biaya bahan bakar dan meningkatkan efisiensi kendaraan atau mesin. Dengan mengurangi konsumsi bahan bakar, kita juga dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya fosil yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko terjadinya krisis energi di masa depan. Tips Mengurangi Konsumsi Bahan Bakar Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu mengurangi konsumsi bahan bakar Mengemudi dengan hati-hati dan menghindari akselerasi yang tiba-tiba Pertahankan kecepatan yang stabil dan hindari mengerem atau mempercepat secara tiba-tiba Periksa tekanan ban secara teratur dan pastikan ban terisi penuh Matikan mesin saat berhenti lebih dari satu menit Gunakan AC hanya saat diperlukan dan atur suhu sesuai kebutuhan Bersihkan filter udara secara teratur Gunakan bahan bakar berkualitas tinggi Pilih kendaraan yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar Ringkasan Pembakaran bahan bakar merupakan penyumbang terbesar gas buang yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk mengurangi dampak negatif dari pembakaran bahan bakar, kita perlu mengurangi konsumsi bahan bakar secara keseluruhan dan menggunakan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Dengan mengurangi konsumsi bahan bakar, kita dapat menghemat biaya, meningkatkan efisiensi kendaraan atau mesin, serta membantu mengurangi risiko terjadinya krisis energi di masa depan.
Jakarta, – Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, Indonesia telah mengalami bencana. Sebanyak lebih dari 85% merupakan bencana hidrometerologi, seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, serta cuaca ekstrem lainnya. Hal ini disampaikan oleh Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Adila Isfandiari, dalam diskusi bertajuk "Buruk Elite, Rakyat Dibelah", yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Greenpeace Indonesia pada Senin malam 20/12. "Dan ini semua itu terjadi pada saat temperatur kita di bumi itu baru naik 1,1 derajat Celcius. Bayangkan kalau misalkan itu meningkat menjadi 2 derajat, 3 derajat, atau 4 derajat, pastinya akan lebih masif lagi bencana iklim yang kita hadapi," ujarnya. Adila mengatakan, komitmen iklim Indonesia atau yang disebut sebagai Nationally Determined Contribution NDC, akan membawa kenaikan temperatur global mencapai 4 derajat Celcius. "Maka dari itu, komitmen iklim Indonesia masih dianggap sangat tidak cukup ya untuk mengatasi permasalahan ini," terangnya. Menurut Adila, berdasarkan proyeksi bahwa sektor energi akan menjadi penyumbang emisi Gas Rumah Kaca GRK terbesar di tahun 2030. Karena Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil. Ia pun mengatakan 88% dari listrik yang digunakan sampai saat ini adalah berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Adapun yang paling mendominasi yaitu batu bara, sebesar 67%. "Dan dominasi ini tetap akan terjadi hingga tahun 2030, yaitu mencapai 59,4%," kata Adila. 369
– Gas karbon dioksida dikenal sebagai gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan gelobal. Namun, dari mana karbon dioksida dihasilkan? Berikut penghasil emisi gas karbon dioksida sebagai penyebab utama efek rumah kaca Pembangkit listrik tenaga fosil Kendaraan bermotor tenaga fosil Pembakaran hutan Pembakaran sampah Kegiatan industri Pembangkit listrik tenaga fosil Salah satu penghasil emisi gas karbon dioksida CO2 terbesar adalah pembangkit listrik tenaga fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara mengandung karbon yang terlepas saat bahan bakar digunakan melalui pembakaran. Baca juga Mengapa Penggunaan Bahan Bakar Fosil Menyebabkan Pemanasan Global? Dilansir dari Energy Information Administration, diperkirakan suatu pembangkit listrik tenaga fosil mengemisikan sekitar 0,85 pon karbon dioksida untuk setiap kWh yang diproduksinya. Sedangkan, satu pembangkit dapat memproduksi hingga satu juga kWh setiap bermotor tenaga fosil Penghasil emisi gas karbon dioksida selanjutnya adalah kendaraan bermotor. Sebagian besar kendaraan bermotor menggunakan energi fosil seperti bensin dan solar. Karbon dalam bensin dan solar dibakar untuk menyalakan mesin kendaraan. Dalam pembakaran tersebut, karbon yang terkandung di dalamnya diemisikan dalam bentuk gas karbon dioksida. Gas tersebut kemudian diemisikan melalui knalpot kendaraan. Baca juga Bahan Bakar Fosil Minyak Bumi, Batu Bara, dan Gas Alam Dilansir dari United States Environmental Protection Agency, sebuah kendaraan mengemisikan sekitar 4,6 metrik ton karbon dioksida per tahunnya. Sedangkan, jumlah penggunaan kendaraan bermotor sangatlah banyak. Sehingga, gas karbon dioksida yang diemisikannya juga banyak. Pembakaran hutan Penghasil emisi gas karbon dioksida selanjutnya adalah kebakaran hutan. Tumbuhan, hewan, dan sisa organisme dalam hutan mengandung karbon. Ketika hutan terbakar, karbon dalam tubuh dilepaskan ke dalam bentuk karbon dioksida.
ArticlePDF Available AbstractThe use of biodiesel in boilers has great benefits because it reduces exhaust emissions. The purpose of this study is to test the quality of solar and biosolar raw materials as fuel from the boiler, analyze the concentration of pollutant gases NOx, CO2, SO2 from the combustion of biosolar and diesel oil experimentally. The combustion system in the boiler tends to be simpler than compression ignition as is done with diesel engines. This research was conducted experimentally in a fire tube boiler, with a heat input rate of 60,000 kCal / hour and a pressure of 3 bar using biodiesel made from CPO crude palm oil as fuel. The mixture varies at 0, 5, 10, 15, 20 and 25% biodiesel in a mixture with biosolar diesel B0, B5, B10, B15, B20 and B25. This research was carried out experimentally by testing the exhaust gas emissions generated from the stack gas stack which is expected to produce low exhaust emissions and are environmentally friendly. The results show that the use of biodiesel reduces gas emissions by increasing the value of biodiesel in the mixture. The results showed that the lowest gas emissions were around NOx; SO2 and CO2 contained in a mixture of 25% biodiesel in fuel B25. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 86POROS, Volume 16 Nomor 1, Mei 2018, 86 – 93ANALISIS EMISI GAS BUANG HASIL PEMBAKARAN SOLAR DAN BIOSOLAR B25 PADA FIRE TUBE BOILER Winny Andalia1, Sukarmansyah2 dan Amin Fauzie2 1Program Studi Teknik Industri Universitas Tridinanti Palembang 2Program Studi Teknik Mesin Universitas Tridinanti Palembang e-mail winnyandalia90 Abstract The use of biodiesel in boilers has great benefits because it reduces exhaust emissions. The purpose of this study is to test the quality of solar and biosolar raw materials as fuel from the boiler, analyze the concentration of pollutant gases NOx, CO2, SO2 from the combustion of biosolar and diesel oil experimentally. The combustion system in the boiler tends to be simpler than compression ignition as is done with diesel engines. This research was conducted experimentally in a fire tube boiler, with a heat input rate of 60,000 kCal / hour and a pressure of 3 bar using biodiesel made from CPO crude palm oil as fuel. The mixture varies at 0, 5, 10, 15, 20 and 25% biodiesel in a mixture with biosolar diesel B0, B5, B10, B15, B20 and B25. This research was carried out experimentally by testing the exhaust gas emissions generated from the stack gas stack which is expected to produce low exhaust emissions and are environmentally friendly. The results show that the use of biodiesel reduces gas emissions by increasing the value of biodiesel in the mixture. The results showed that the lowest gas emissions were around NOx; SO2 and CO2 contained in a mixture of 25% biodiesel in fuel B25. Keywords Biodiesel, CPO, Emission, Fire Tube Boiler PENDAHULUAN Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut berkontribusi besar terhadap pencemaran udara dan menimbulkan efek buruk bagi kondisi atmosfer lingkungan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan udara bersih, pemerintah Indonesia membuat peraturan pemerintah RI No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan harus dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung bagi mahluk hidup untuk dapat hidup secara optimal. Permasalahan lingkungan yang timbul akibat meningkatnya permintaan supplai energi yang tinggi menjadi suatu masalah besar bagi negara Indonesia. Salah satu aspek polusi lingkungan yaitu emisi gas buang seperti SO2, CO, dan NOx dari pengoperasian boiler berbahan bakar minyak solar berbasis fosil dari suatu industri. Dampaknya terjadi penurunan kualitas udara ambien yang disebabkan oleh emisi gas pollutan dari cerobong stack. Data World Recource Institue menyatakan bahwa kondisi atmosfer Indonesia berada pada level ke-14 di dunia yang dinyatakan dengan nilai absolute emission, setelah Meksiko. Hal ini menunjukkan emisi polutan yang terjadi di Indonesia cukup tinggi dan mempengaruhi dampak terhadap perubahan iklim di atmosfer. Salah satu upaya dalam menyikapi perubahan iklim global yang terjadi di beberapa industri terkait yaitu dengan penggunaan bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar fosil seperti biosolar. Pada penelitian ini digunakan boiler berbahan bakar biosolar dan solar. Emisi gas buang SO2, CO2, NOx dianalisis menggunakan gas analyzer. Parameter yang diteliti adalah pengaruh penambahan bahan bakar solar dan biosolar pada fire tube boiler terhadap emisi gas buang yang dihasilkan. PERUMUSANAN MASALAH Berdasarkan Hasil pengujian pada kebanyakan mesin diesel dan boiler menunjukkan bahwa pada satu sisi penggunaan biosolar mampu memberikan efek penurunan emisi terutama pada parameter SO2, PM, CO2 dan HC, namun sebaliknya menunjukkan kecenderungan peningkatan terhadap emisi NOx [1]. Bagaimana menghasilkan kondisi optimum emisi gas buang yang ramah Analisis emisi gas buang hasil pembakaran solar dan biosolar B25 pada fire tube boiler W. Andalia 87lingkungan dalam penggunaan bahan bakar biosolar dan solar pada alat fire tube boiler secara eksperimen. TINJAUAN PUSTAKA Boiler Salah satu peralatan yang sangat penting di dalam suatu pembangkit tenaga listrik adalah Boiler Steam Generator atau yang biasanya disebut ketel uap. Alat ini merupakan alat penukar kalor, dimana energi panas yang dihasilkan dari pembakaran diubah menjadi energi potensial yang berupa uap. Uap yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi inilah yang nantinya digunakan sebagai media penggerak utama Turbin Uap. Energi panas diperoleh dengan jalan pembakaran bahan bakar di ruang bakar. Geometri boiler dapat berbentuk silinder vertikel maupun horizontal. Proses pembentukan uap yang terjadi pada ketel uap adalah sebagai berikut mula-mula tangki diisi dengan air, kemudian tangki dipanasi hingga temperatur dalam tangki akan naik mencapai titik didih maka terbentuk uap. Uap yang terbentuk pada temperatur didih ini disebut uap jenuh. Fire Tube Boiler Pada fire tube boiler, gas panas melewati pipa–pipa dan air umpan boiler ada didalam shell untuk diubah menjadi steam. Fire tube boiler biasanya digunakan untuk kapasitas steam yang relatif kecil dengan tekanan steam rendah sampai sedang. Sebagai pedoman, fire tube boiler kompetitif untuk kecepatan steam sampai kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/cm. Fire tube boiler dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bakar padat dalam operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boiler dikonstruksisebagai “paket” boiler dirakit oleh pabrik untuk semua bahan bakar [2]. Gambar 1. Fire Tube Boiler Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel solar dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas [3]. Biodiesel merupakan senyawa kimia sederhana dengan kandungan enam sampai tujuh macam ester asam lemak. Biodiesel didefinisikan sebagai metil ester dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 20 dari asam lemak turunan dari lipid contohnya minyak nabati atau lemak 88POROS, Volume 16 Nomor 1, Mei 2018, 86 – 93hewani. Komposisi dan sifat kimia dari biodiesel tergantung pada kemurnian, panjang pendek, derajat kejenuhan, dan struktur rantai alkil asam lemak penyusunnya [4]. Idealnya, transesterifikasi berpotensi menjadi cara yang lebih efisien untuk mengubah struktur molekul minyak dari yang besar menjadi lebih kecil, dari yang bercabang menjadi molekul rantai lurus berdasarkan jenis yang diperlukan dalam mesin pembakaran minyak solar biasa [4]. Tabel 1. Karakteristik biodiesels SNI -04-7182-2006 No Parameter dan satuannya Batas Nilai Metode Uji Metode setara1 Densitas pada 40°C, Kg/m3 850-890 ASTM D 1298 ISO 3675 2 Viskositas kinematik pada 40°mm2/s cSt 2,3-6,0 ASTM D 445 ISO 3104 3 Angka Setana Min. 51 ASTM D 613 ISO 5165 4 Titik nyala flash point pada 0° ASTM D 93 ISO 2710 5 Titik kabut Cloud Point ASTM D 2500 6 Titik Tuang Pour Point ASTM D97 7 Korosi bilah tembaga 3 jam,500C ASTM D 130 ISO 2160 8 Residu karbon,%-berat, Dalam contoh asli Dalam 10% ampas Distilasi ASTM D 4530 ISO 10370 9 Air dan sediman,%-volume ASTM D 2709 - 10 Temperatur distilasi 90%, 0C ASTM D 1160 - 11 Abu tersulfatkan,%-berat Maks 0,02 ASTM D 874 ISO 3987 12 Belerang,ppm-b mg/kg ASTM D 5453 Pren ISO 20884 13 Fosfor,ppm-b mg/kg AOCS Ca 12-55 FBI-A05-03 14 Angka asam,mg-KOH/gr AOCS Cd 3-63 FBI-A01-03 15 Gliserol bebas,%-berat AOCSCa 14-56 FBI-A02-03 16 Gliserol total,%-berat AOCS Ca14-56 FBI-A02-03 17 Kadar ester alkil,%-berat Dihitung * FBI-AO3-03 18 Bilangan iodine,g-I2/100g AOCS Cd1-25 FBI-AO4-03 19 Uji Halphen negatif AOCS Cb 1-25 FBI-AO6-03 Sumber BSN 2006 Biodiesel merupakan bahan bakar yang berwarna kekuningan yang viskositasnya tidak jauh berbeda dengan minyak solar. Oleh karena itu campuran bio-diesel dengan minyak solar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan berbahan bakar minyak solar tanpa merusak atau memodifikasi mesin [5,6]. Data Tabel 1 di atas menampilkan Standar Nasional Indonesia SNI untuk Biodiesel yang diproduksi di Indonesia. Salah satu keuntungan penambahan biodiesel sebagai campuran dengan minyak solar adalah peningkatan lubrisitas bahan bakar dan mereduksi emisi gas buang. Proses paling umum dalam pembuatan biodiesel dikenal sebagai proses transesterifikasi dengan bahan baku minyak nabati, lemak hewani dan minyak goreng bekas dan direaksikan dengan alkohol dengan adanya suatu katalis tertentu. Minyak solar merupakan jenis bahan bakar minyak untuk mesin diesel yang bersifat tidak terbarukan. Diperlukan upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak solar. Salah satu energi alternatif sebagai upaya pengurangan ketergantungan tersebut adalah biodiesel. Namun biodiesel dalam keadaan murni B100 memiliki beberapa kekurangan jika digunakan dalam keadaan murni. Tindakan umum yang dilakukan untuk mengatasi kekurangan B100 sebagai bahan bakar adalah dilakukan blending dengan minyak solar pada formulasi blending tertentu [7]. Blending adalah suatu proses pencampuran untuk mendapatkan produk atau umpan yang memenuhi persyaratan atau spesifikasi yang diperlukan. Untuk blending di Indonesia baru ada B5 atau yang biasa kita kenal dengan biosolar. Sampai saat ini formulasi terbaik yang dapat diterapkan dengan kondisi mesin yang sudah ada dibanyak mesin transportasi yang digunakan adalah melakukan blending dengan formulasi blending mencapai 20%. Istilah B20 ini menunjukkan atas 20% biodiesel dan 80% solar. Begitu juga dengan B5 yang berarti 5% biodiesel dan 95% solar. Istilah lain seperti B10, B20 dan B30 adalah mengikuti sesuai konsentrasi biodisel yang ditambahkan [8]. Angka setana pada bahan bakar minyak diesel menunjukkan kualitas penyalaan apabila nilai angka setana rendah akan memerlukan suhu yang sangat tinggi untuk penyalaannya, sebaliknya apabila Analisis emisi gas buang hasil pembakaran solar dan biosolar B25 pada fire tube boiler W. Andalia 89angka setana tinggi memerlukan titik penyalaan sendiri yang lebih rendah sehingga angka setana yang lebih tinggi akan mengurangi angka detonasi di dalam mesin [9].Uji B0, B10, B20, B30, B50 dan B100 biodiesel murni terhadap performa mesin dievaluasi melalui torsi, daya, dan bahan bakar spesifik konsumsi, sementara emisi dievaluasi melalui karbon monoksida CO, hidrokarbon HC, partikulat PM, karbon dioksida CO2, dan polutan NOx. Hasil menunjukkan bahwa konten yang lebih tinggi dari biodiesel sawit dapat mengurangi emisi CO, HC, PM, dan CO2. Ditemukan bahwa penambahan biodiesel bisa meningkatkan tenaga dan torsi [10]. Campuran biodiesel pada solar dapat membantu mengendalikan polusi udara dan mengurangi tekanan pada sumber daya yang langka tanpa mengorbankan kekuatan mesin dan ekonomi secara signifikan. Namun, banyak penelitian lebih lanjut tentang optimasi dan modifikasi pada mesin, kinerja suhu rendah pada mesin, instrumentasi baru dan metodologi untuk pengukuran harus dilakukan ketika petroleum diesel diganti sepenuhnya oleh biodiesel [11,12]. METODE PENELITIAN Gambar 2. Blok diagram kerja pengambilan data secara eksperimen Gambar 3. Sistem rangkaian alat penelitian BBM SOLAR BIODIESEL BLENDING 0, 5,10,15,20, 25 % KARAKTERISASI BAHAN BAKAR UJI PEMBAKARAN PENGUKURAN ANALISIS GAS BUANG 90POROS, Volume 16 Nomor 1, Mei 2018, 86 – 93HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil analisis bahan bakarBahan Bakar Bxx Viskositas cst Water Content ppm Heating Value kkal/kg Cetane Number Flash Point oC Solar Biodiesel 100% 0% B0 2,962 26,6 10737 47,4 83,1 95% 5 % B5 2,997 10,4 10629 50,6 82,3 90% 10% B10 3,072 7,4 10509 54,9 82,3 85% 15% B15 3,118 4,5 10488,5 56,2 82,3 80% 20% B20 3,164 2,6 10468 57,5 82,3 75% 25% B25 3,118 1,5 10252 56,2 82 Gambar 4. Pengaruh biosolar terhadap viskositas Dari grafik batang diatas dapat dilihat bahwa pada campuran bahan bakar B0, B5, B10, B15, B20 an B25 mengalami peningkatan terhadap viskositasnya karena pengaruh dari pencampuran biodiesel terhadap minyak solar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi viskositas bahan bakar yang lebih tinggi dapat menyulitkan proses atomisasi bahan bakar, sehingga berakibat pada penurunan daya mesin. Daya mesin yang lebih rendah dapat menyebabkan penurunan efisiensi termal mesin. Gambar 5. Pengaruh biosolar terhadap kadar air Water Content Pada grafik batang di atas menunjukkan kecenderungan bahwa semakin besar campuran biodiesel pada bahan bakar solar maka semakin kecil kandungan airnya karena sifat fisika kimia dari biodiesel. Pada B0 solar murni menunjukkan kadar air yang tinggi sebesar 26,6 ppm atau setara dengan 0,00266% dibandingkan B5, B10, B15, B20 dan B25 sedangkan pada B25 kadar air makin rendah sebesar 1,5 ppm setara dengan 0,00015%. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 2006 kadar air yang terkandung dalam biodiesel maksimum Kadar air merupakan salah satu tolak ukur mutu biodiesel, dan dari hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kadar air Analisis emisi gas buang hasil pembakaran solar dan biosolar B25 pada fire tube boiler W. Andalia 91memenuhi syarat mutu dari biodiesel. Menurut Syamsidar [13], semakin kecil kadar air dalam minyak maka mutunya akan semakin baik karena akan memperkecil terjadinya hidrolisis yang dapat menyebabkan kenaikan kadar asam lemak bebas. Kandungan air dalam bahan bakar dapat juga menyebabkan turunnya panas pembakaran, berbusa dan bersifat korosif jika bereaksi dengan sulfur karena akanmembentuk asam. Pada temperatur yang sangat dingin, air yang terkandung dalam bahan bakar membentuk kristal dan menyumbat aliran bahan bakar dan bersifat korosif. Gambar 6. Pengaruh biosolar terhadap heating value Dari data eksperimen yang telah dilakukan pada pengujian bahan bakar biosolar, terlihat bahwa grafik diatas mengalami penurunan secara signifikan pada variasi campuran biosolar B0, B5, B10, B15, B20 dan B25 terhadap nilai kalornya heating value. Penurunan ini disebabkan karena biodiesel memiliki nilai kalor 5-13% lebih rendah dibandingkan minyak solar, sehingga bila diaplikasikan pada sistem bahan bakar lebih banyak massa bahan bakar yang diinjeksikan untuk mencapai stoikiometri pembakaran sehingga berpengaruh pada peningkatan konsumsi bahan bakar. Selanjutnya jika temperatur bahan bakar dinaikkan, maka konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan oleh mesin menjadi lebih besar. Hal ini sama dengan pernyataan Murni bahwa peningkatan bahan bakar ini dapat terjadi karena peningkatan temperatur bahan bakarnya yang menyebabkan bahan bakar menjadi lebih mudah terbakar, sehingga akan mempersingkat periode pra-pembakaran ignition delay [14]. Gambar 7. Pengaruh biosolar terhadap cetane number Peningkatan nilai cetane number pada campuran biosolar B0, B5, B10, B15, B20 dan B25 terjadi karena pengaruh pada waktu tunda penyalaan, hal ini dapat mempercepat waktu pembakaran. Nilai cetane number paling tinggi berada di campuran biosolar B25 sebesar 57,5. Cetane number merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan bahan bakar diesel untuk dikompresi dalam mesin. Prihandana menyatakan bahwa bilangan setana yang tinggi menunjukkan 92POROS, Volume 16 Nomor 1, Mei 2018, 86 – 93bahwa biodiesel dapat menyala pada temperatur yang relatif rendah begitu juga sebaliknya sehingga akan mudah terbakar di dalam silinder pembakaran mesin dan tidak terakumulasi [15]. Gambar 8. Pengaruh biosolar terhadap flash point Flash point atau titik nyala adalah temperatur terendah dari contoh pada saat mana api pencoba dapat menyalakan uap diatas permukaan contoh pada saat pemeriksaaan. Analisis flash point ini menggunakan metode tes ASTM D-93 dengan nilai minimal untuk flash point sebesar 60oC. Untuk analisis flash point ini menggunakan peralatan utama yaitu Alat Flash Point Pensky Martens Closed Cup dan termometer ASTM 1oC. Terlihat pada grafik diatas bahwa flashpoint rata-rata berkisar pada temperature 80-83oC sehingga sudah memenuhi standar SNI yang berlaku. Titik nyala sendiri tidak berkaitan langsung dengan kerja mesin, namun sangat penting untuk keamanan dan keselamatan penyimpanan biodiesel. Menurut Suryani [16], titik nyala yang tinggi akan memudahkan penanganan bahan bakar karena tidak perlu disimpan pada suhu rendah, sebaliknya titik nyala yang terlalu rendah akan membahayakan karena tingginya resiko terjadi penyalaan. Gambar 9. Hasil analisis emisi gas buang SIMPULAN Berdasarkan data dari hasil eksperimen dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan biodiesel memiliki keunggulan bagi industri boiler tipe fire tube atau pipa bola api karena dapat mengurangi emisi gas buang dibandingkan minyak diesel/solar. Emisi gas polutan menurun seiring dengan meningkatnya kandungan biodiesel dalam campuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi gas terendah yaitu sekitar 4,142% NOx; 12,50% SO2 dan 7,9% CO2 yang terdapat pada campuran 25% biodiesel dalam bahan bakar B25. Analisis emisi gas buang hasil pembakaran solar dan biosolar B25 pada fire tube boiler W. Andalia 93DAFTAR PUSTAKA [1]. Bowman, C. T., 2011. Control of Combustion-Generated Nitrogen Oxide Emissions Technology Driven by Regulation, Proc. Combustion Institute 24, pp. 859-878, 1992 [2]. Raharjo W. D dan Mesin Konversi Energi. Semarang Universitas Semarang Press. [3]. Badan Standardisasi Nasional, B. 2006. SNI 04-7182-2006. Jakarta Badan Standarisasi Nasional. [4]. Djamin, M., S.,Wirawan, 2010. Pengaruh Komposisi Biodiesel Terhadap Kinerja Mesin Dan Emisi Gas Buang. Jurnal Teknik Lingkungan 11 3 381-387. [5]. Komariah, Arita, S., Wirawan, Yazid, M., Novia. 2013. Emission factors of biodiesel combustion in industrial boiler A comparison to fossil fuel. Journal of Renewable and Sustainable Energy, 5, 052005. [6]. Habib, M. A., Elshafei, M., & Dajani, M. 2008. Influence of combustion parameters on NOx production in an industrial boiler. Computers and Fluids 37 , 12-23. [7]. Komariah, Arita, S., Wirawan, Yazid, M., Novia.2013. Effects of Palm Biodiesel Blends on Fuel Consumption in Fire Tube Boiler. Applied Mechanics and Materials Vol. 391 2013 pp 93-97 [8]. Um, S., and S. W. Park. "Numerical Study on Combustion and Emission Characteristics of Homogeneous Charge Compression Ignition Engines Fueled with Biodiesel ." Energy Fuel, 2009 24, 916-927. [9]. Setyadi, P., . Wibowo. Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Edisiterbit II – Oktober 2015 93–99. [10]. Wirawan, S. S., A. H. Tambunan, and M. Djamin. "The Effect of palm biodiesel fuel on performance and emission of the automotive diesel engine,”." Eng. Int. CIGR E-J., 2008 X, 1–13. [11]. Xue, J., Grift, T. E., & Hansen, A. C. 2011. Effect of biodiesel on engine performances and emissions. Renewable and Sustaianble Energy Reviews 15, 1098-1116. [12]. Yuan, W., Hansen, A. C., & Zhang, Q. 2003. Predicting The Physical Properties of Biodiesel for Combustion Modeling. American Society of Agricultural Engineers 46 6, 1487-1493. [13]. Syamsidar, H. S. 2010. Pembuatan dan uji kualitas biodiesel dari minyak jelantah. Jurnal Teknosains, volume 7 2 1-22. [14]. Murni. 2013. Pengaruh Temperatur Solar Terhadap Performa Mesin Diesel Direck Injection Putaran Konstan. Semarang Universitas Diponegoro. [15]. Prihandana, R., R. Hendroko dan M. Nuramin. 2006. Menghasilkan Biodiesel Murah Mengatasi Polusi dan Kelangkaan BBM. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. [16]. Suryani, A. 2009. Penurunan asam lemak bebas dan transesterifikasi minyak jelantah menggunakan kopelarut metil tersier butil eter MTBE. Skripsi Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Aziz PradanaKusmantoro Edy SularsoIrene Kartika Eka WijayantiBiodiesel is a substitute product for fossil oil or diesel which is made from vegetable oil. Indonesia as a producer of biodiesel which is made from palm oil. This derivative product of palm oil is supported by Government policies in its utilization and supply. This policy boosted the palm oil industry, so that production and export capacity increased for a decade. The European Union is the largest consumer of biodiesel. Therefore, Indonesia exports biodiesel to the European Union and has become one of the largest exporters in the region. The purpose of this study is to examine the factors that influence Indonesia's biodiesel exports in the European Union. The research method used is multiple linear regression analysis using OLS to examine the factors that affect the amount of Indonesian biodiesel exports in the European Union. The results show, the regression test of the factors that affect the amount of Indonesian biodiesel exports in the European Union, namely; EU biodiesel production and biodiesel consumption have a significant or positive effect on total exports of and the factor of the Rupiah exchange rate against the Euro, Indonesian biodiesel consumption, the dummy anti-dumping duty policy, international biodiesel prices and Indonesian diesel consumption have negative effects - respectively - while the CPO production factor and oil palm land area did not significantly affect the amount of biodiesel exports to the European Union. From these factors, the government needs to increase biodiesel production and maintain biodiesel consumption in the EU so that it does not decline. Increased bilateral diplomacy to partner countries in offering biodiesel needs to be increased so that Indonesian biodiesel has a very strong competitiveness and does not depend on just one trading MurniThe imperfect combustion process will be a problem in the development effort of diesel engine’s air–fuel mixing process is one of the factors which cause the imperfect heating upthe diesel solar up to a certain temperature before it goes through the high pressure injection pump will lowerits density and viscosity. Therefore, when injected in the combustion chamber, it will formed smaller droplets offuel spray which result in a more homogenious air–fuel mixture. Also by using higher temperature will make thediesel fuel easier to ignite in order to compensate the limited time which is available in high speed operatingconditions. Diesel engine Dong Feng 1 cylinder direct injection at constant speed was used in this research. Thefuel used are solar with temperature variations in the range from 30oC to 70oC . The best thermal efficiency forsolar fuel is 30 % at 60oC with 28 % BSFC. In this condition, the fuel consumption was decreased 4 % bycomparing with that at is one of industrial facilities, which has energy intensive in producing steam or hot water, through fuel combustion. The large use of industrial boilers contributes to large emission. Emission factor is one of the most common methods to quantify emissions from combustion appliances such as boilers. As the biodiesel is an alternative fuel that has great potential to reduce emissions, it can be potentially used as boiler fuel. In this study, biodiesel combustion emission factor is determined through fuel analysis and direct measurements stack sampling. A series of test was performed on a fire tube boiler, in which pressure of 3 bar, using palm biodiesel and its blend with petrodiesel in a variety of composition of biodiesel of 10%, 20%, and 30%. It is known that SO2 and CO emission factors in biodiesel combustion in boiler was significantly lower than petrodiesel, while CO2 and NOx emission factors tend to higher. Inconsistently, the stack sampling data showed that the emission of CO and CO2 was higher than petrodiesel, instead NOx emission of biodiesel combustion was 10% and 27% lower than application in boiler is basicly potential due to the combustion system tends to be simpler than compression ignition as performed in diesel engine. The various tests on combustion facilities showed that the use of biodiesel will increase the fuel consumption. This study was conducted in a fire tube boiler, with heat input rate of kCal/hr and 3 bars of pressure, using palm biodiesel. A series of test shown that the combustion behavior in boiler was strongly possible influenced by some changes in physical properties of the fuel. The blends was varied in 10, 20, 30, 50 and 100% of biodiesel in mixture with petrodiesel. The fuel consumption was likely similar or slightly lower than petrodiesel when the fuel used in lower blends less than 20%. In higher blends, the fuel consumption was increased up to 17%. The rate of consumption was relatively lower at average 9,4% in half load mode of the boiler operation rather than full a renewable, sustainable and alternative fuel for compression ignition engines, biodiesel instead of diesel has been increasingly fueled to study its effects on engine performances and emissions in the recent 10 years. But these studies have been rarely reviewed to favor understanding and popularization for biodiesel so far. In this work, reports about biodiesel engine performances and emissions, published by highly rated journals in scientific indexes, were cited preferentially since 2000 year. From these reports, the effect of biodiesel on engine power, economy, durability and emissions including regulated and non-regulated emissions, and the corresponding effect factors are surveyed and analyzed in detail. The use of biodiesel leads to the substantial reduction in PM, HC and CO emissions accompanying with the imperceptible power loss, the increase in fuel consumption and the increase in NOx emission on conventional diesel engines with no or fewer modification. And it favors to reduce carbon deposit and wear of the key engine parts. Therefore, the blends of biodiesel with small content in place of petroleum diesel can help in controlling air pollution and easing the pressure on scarce resources without significantly sacrificing engine power and economy. However, many further researches about optimization and modification on engine, low temperature performances of engine, new instrumentation and methodology for measurements, etc., should be performed when petroleum diesel is substituted completely by DjaminSoni Solistia WirawanRenewable energy sources make a distinction as a promising solution towardssustainable and environmentally friendly energy production. Developing biodiesel isvery important for Indonesia due to various reasons including the abundanceavailability of the raw materials; an alternative renewable fuel to strengthen thecountry energy security and it is a solution to improve local air quality in severalIndonesian major cities. Biodiesel offers a realistic short-term alternative tosubstitute fossil fuels, and it will also be a necessary addition to the emissionfree technology for the future. This paper is intended to provide assessment andinvestigation of the use of different composition of biodiesel and its impact to words Energy security, renewable energy, formation during the combustion process occurs mainly through the oxidation of nitrogen in the combustion air thermal NOx and through oxidation of nitrogen with the fuel prompt NOx. The present study aims to investigate numerically the problem of NOx pollution using a model furnace of an industrial boiler utilizing fuel gas. The importance of this problem is mainly due to its relation to the pollutants produced by large boiler furnaces used widely in thermal industrial plants. Governing conservation equations of mass, momentum and energy, and equations representing the transport of species concentrations, turbulence, combustion and radiation modeling in addition to NO modeling equations were solved together to present temperature and NO distribution inside the radiation and convection sections of the boiler. The boiler under investigation is a 160MW, water-tube boiler, gas fired with natural gas and having two vertically aligned simulation study provided the NO distribution in the combustion chamber and in the exhaust gas at various operating conditions of fuel to air ratio with varying either the fuel or air mass flow rate, inlet air temperature and combustion primary air swirl angle. In particular, the simulation provided more insight on the correlation between the maximum furnace temperature and furnace average temperatures and the thermal NO concentration. The results have shown that the furnace average temperature and NO concentration decrease as the excess air factor λ increases for a given air mass flow rate. When considering a fixed value of mass flow rate of fuel, the results show that increasing λ results in a maximum value of thermal NO concentration at the exit of the boiler at λ= As the combustion air temperature increases, furnace temperature increases and the thermal NO concentration increases sharply. The results also show that NO concentration at exit of the boiler exhibits a minimum value at around swirl angle of 45°.Sukkee UmSung Wook ParkThis paper describes a numerical study on the effect of the mixing ratio of biodiesel on combustion and emission characteristics of homogeneous charge compression ignition engines. The KIVA code coupled with Chemkin chemistry solver was used to simulated combustion and emission formation processes. A modified reduced methyl butanoate mechanism was used after combining with a reduced n-heptane mechanism to model ignition and combustion of biodiesel. The mixing ratio of biodiesel was varied from 0% conventional diesel to 100% pure biodiesel. Operating ranges covered up to a equivalence ratio. The fueling rate was fixed at 18 mg/cyc, which corresponds to a medium engine load. Results of the present study showed that the ignition delay of biodiesel is shorter than that of conventional diesel fuel because of the higher cetane number of biodiesel. Little differences of emission maps for CO and NOx emissions are found between biodiesel and conventional diesel. However, higher concentration regions for hydrocarbon HC and soot maps on the peak cycle temperature/equivalence ratio are reduced significantly using biodiesel instead of conventional diesel Yuan Alan C HansenQ. ZhangAs the use of biodiesel becomes more widespread, researchers have shown a strong interest in modeling the combustion processes in the engine in order to understand the fundamental characteristics of biodiesel combustion. In the early phase of the simulation, accurate prediction of the physical properties of biodiesel is critical in the representation of spray, atomization, and combustion events in the combustion chamber. The objective of this article is to present methods for predicting key physical properties including critical properties, vapor pressure, latent heat of vaporization, density, surface tension, and liquid viscosity for biodiesel that can be used for combustion modeling. Predicted results were compared with published data where available, and for some properties, errors were less than 1%. While no published data were available at temperatures above 373 K to check the accuracy of the predictions from the models at the higher temperatures, the trends in the fuel properties were regarded as representative of what would be expected in the combustion chamber. These models could be used in a detailed combustion model such as KIVA to make relative comparisons between T. BowmanNitrogen oxides in the atmosphere contribute to photochemical smog, to the formation of acid rain precursors, to the destruction of ozone in the stratosphere and to global warming. Over the past 150 years, global emissions of nitrogen oxides into the atmosphere have been increasing steadily. A significant amount of the nitrogen oxide emissions is attributed to combustion of biomass and fossil fuels. Increasingly stringent NOx emissions regulations are being implemented in a number of industrialized countries. These regulations have driven and continue to drive the development of NOx emissions control techniques. This paper reviews existing and some emerging technologies for reduction of NOx emissions from combustion sources and examines the prospects of these technologies for meeting stricter emissions regulations. Both combustion modification and post-combustion methods for NOx reduction are considered. The important role of research on the chemistry of nitrogen oxides in combustion gases in development and optimization of emissions control techniques is described.
pembakaran bahan bakar merupakan penyumbang terbesar gas